Prinsip setelah menonton film bersama (bagi SD, SMP dan SMA), peserta diajak berefleksi dan mengendapkan nilai-nilai berharga yang digali dari film. Metode refleksi menjawab pertanyaan refleksi kemudian diberi kesempatan untuk membagikan jawabannya dihadapan teman-temannya. Mereka dilatih menumbuhkan keberanian untuk berbicara di depan teman-temannya. Sebab kesempatan berbagi/sharing di depan teman-teman dapat mendorong seseorang berkata dengan jujur. Selain itu menumbuhkan rasa berani bagi teman-teman yang lain, setelah ada satu atau dua siswa yang mengungkapkan cerita hidupnya. Jika kita berani cerita tentang diri sendiri, akan mengubah pandangan orang lain terhadap kita. Sehingga ada proses saling mengenali sesama lebih mendalam dan meneguhkan. Karena dimungkinkan ada kisah-kisah perjuangan hidup yang mirip satu dengan yang lain. Keberanian mengungkapkan satu dua kata tentang diri, menjadi pengalaman yang membebaskan diri. Sebab masa lalu seburuk apapun tetap memiliki kekuatan yang besar, setelah diolah dan direfleksikan bersama. Peneguhan dari pembimbing sangat diperlukan agar peserta menjadi diyakinkan bahwa Tuhan tidak pernah mengecewakan siapapun yang berusaha dengan sungguh-sungguh. Refleksi dan sharing-sharing yang menyadarkan hari itu disatukan dalam doa pendamaian. Mengakui kerapuhan diri dihadapan Tuhan dan sesama, serta mendukung terbangunya hidup baru dalam Tuhan. Peserta benar-benar sadar kembali mengandalkan hidup pada Tuhan itu cara yang lebih menyelamatkan dan membuka masa depan. Tentu kesadaran yang menumbuhkan niat baru tidak cukup berhenti begitu saja, tetapi dilanjutkan dengan rencana yang dapat dilakukan secara nyata ke depan. Untuk memfasilitasi hal ini, peserta dimohon membuat surat kepada orang tua. Surat ini akan diberikan kepada orang tua oleh pihak sekolah, tanpa sepengetahuan siswa. Selain menjadi tanda bukti kegiatan retret, sekaligus orang tua dapat mendukung perjuangan anak untuk menjadi lebih baik. Sebab di dalam surat siswa menuliskan langkah-langkah konkret apa saja yang akan dilakukan di rumah sebagai ungkapan cinta kepada orang tua. Acara hari kedua menjadi acara yang paling panjang yang berakhir pada larut malam. Harapannya dengan selesai kegiatan seluruh siswa langsung tidur karena sudah kelelahan. Sehingga malam hari benar-benar hening.
Bagi kelompok dewasa sesi IV menjadi waktu sharing bersama (pleno) untuk melihat nilai-nilai yang ditemukan pada waktu outbound (OLA); dan bagaimana selama ini nilai-nilai tersebut mampu menggerakkan atau mendasari dalam kehidupan mereka. Pembimbing memberikan waktu seluas-luasnya untuk sharing. Bagaimana pengaruh nilai-nilai tersebut telah dihidupi ketika berada di rumah atau di tempat bekerja. Sharing seperti ini menantang bagi orang dewasa, untuk mengungkapkan kisah hidupnya yang telah terjadi. Keterbukaan diri untuk mencurahkan realita hidupnya di hadapan rekan-rekan menjadi jalan penyadaran bersama. Pembimbing benar-benar murni sebagai fasilitator selama pleno ini. Kejelian pembimbing mengikuti alur sharing sangat penting. Perlulah pertanyaan pendalaman agar peserta menemukan gerakan Roh Kudus yang membimbing mereka masing-masing. Harapannya selesai sharing semua peserta memiliki niat-niat pembaruan diri. Maka seluruh kegiatan hari itu ditutup dengan doa rekonsiliasi/pendamaian yang membawa peserta rela menerima dan mengampuni sesama dengan tulus. Tumbuh keinginan baru untuk membangun kehidupan pribadi dan kehidupan bersama yang lebih baik. Langkah-langkah doa pendamaian menjadi kreativitas pembimbing.