Sesi I

Inti dari sesi pertama adalah “Bersyukur atas karya Allah dalam diri kita”. Bersyukur kepada Allah ini dapat dikembangkan dalam retret dan bagi kalangan apapun. Sebab kita dapat hidup dari kemurahan Allah yang masih mencintai kita.

Bagi anak-anak (SD) pada sesi ini mereka diajak bersyukur atas: kemurahan Tuhan lewat penciptaan yang dapat dinikmati setiap hari, kebersamaan dengan orang tua, bakat/kemapuan, cita-cita diri, kehadiran teman-teman, para pendidik (guru) dll. Hal-hal kecil sederhana dan dirasakan dekat dengan mereka perlu disyukuri sebab berasal dari Tuhan bukan dari kehebatan/kemampuan diri. Menggambarkan iman kepada Tuhan yang dirasakan nyata dan langsung dalam hidup sehari-hari. Refleksi dari sesi pertama adalah sejauh mana saya telah memiliki rasa syukur dengan apa yang telah aku terima dari Tuhan melalui orang-orang yang mengasihiku. Dalam hal apa aku kurang bersyukur dan perilaku seperti apa saja yang menunjukkan bahwa aku protes, menentang, tidak peduli karena merasa kebutuhan diri tidak dipenuhi. Bagaimana saya diajak bersyukur karena Tuhan telah bermurah hati kepadaku.

Bagi remaja (SMP dan SMA): pencarian jati diri harus dimulai dengan bersyukur: menerima diri  sebagi laki-laki dan perempuan yang dikehendaki Tuhan untuk lahir di dunia ini. Sadar kita dihadirkan oleh Tuhan, bukan sekedar dilahirkan atas keinginan orang tua, sehingga tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Bersyukur berarti mengakui setiap orang berbeda namun semua memiliki kemampuannya masing-masing. Langkah bersyukur lebih diarahkan pada menggali kemampuan diri dan menerima sesama yang berbeda. Siapapun manusia tetap perlu dihargai atau diperlakukan sebagai manusia. Refleksi pada sesi ini bagi remaja menggali bagaimana saya memandang diri dan memandang orang lain. Adakah rasa kebebasan untuk mengembangkan kemampuan diri? Apakah saya mampu merasakan bahwa banyak orang telah mendukungku?

Bagi orang dewasa (mahasiswa dan pekerja): sudah sekian tahun Tuhan setia pada diri kita hingga dewasa. Kita diberi kebebasan untuk menentukan hidup kita sendiri, betapa baiknya Tuhan yang tidak mau intervensi atas cita-cita yang ingin kita wujudkan. Pilihan apapun hidup yang sendang kita jalani saat ini, apakah mampu membawa kita bersyukur atas karya Tuhan.  Sebagai mahasiswa dinamika perjalanan pilihan kuliah merupakan langkah Tuhan untuk menantang diri untuk bersikap makin dewasa. Ketekunan dan kesetiaan menjadi langkah nyata usaha menjadi bahagia. Seseorang akan menemukan kebahagiaan diri jika hidupnya makin berguna bagi orang lain. Banyak cara untuk dapat berguna bagi banyak orang. Bersyukurkah kita dengan pemberian Tuhan dengan tugas-tugas yang makin sulit. Seseorang akan makin dewasa jika mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah hidupnya dengan setia dan tekun. Persoalan dan kesulitan yang dapat kita atasi akan menumbuhkan kepercayaan. Makin kita dipercaya banyak orang, disanalah orang sungguh merasakan kehadiran kita bermafaat bagi mereka. Sebaliknya semakin lama bekerjasama dengan orang lain, semakin banyak persoalan bertambah dan tak dapat diselesaikan, kita telah menjadi beban bagi banyak orang. Hidup yang seperti itu jelas tidak bahagia. Sebagai pekerja kita pun hendaknya bersyukur atas pekerjaan yang diberikan Tuhan saat ini. Kita tahu dengan bekerja kita memuliakan Tuhan. Pertanyaannya apakah pekerjaan kita membuat kita bersyukur dan makin disemangati untuk bekerja dengan baik dan tulus. Kita tekun dan setia dengan pekerjaan, bukan untuk dipuji atau dianggap hebat dll. Kita bertekun dan setia dalam perkejaan karena itu menjadi bagian yang menghidupkan kita. Jika kita tidak melakukan pekerjaan tersebut, membuatnya kita tidak menemukan makna hidup dihadapan Tuhan. Semakin hidup kita menjadi alat Tuhan, maka dalam berkarya kita akan mudah bersyukur. Sebagai alat Tuhan, maka kita percaya apapun yang terjadi dalam pekerjaan kita, semua itu adalah kehendak-Nya. Yang utama berusaha maksimal dengan seluruh kemampuan kita, kemudian Tuhan pada waktunya menyiapkan hasilnya. Sudahkah saya bersyukur dan bekerja secara maksimal? Atau saya cenderung kurang bersyukur hanya menggerutu dalam tugas-tugas, mudah iri dengan rekan kerja, atau saya mengejar ambisiku sendiri dan tak penduli pada kehendak Tuhan. Bagi orang dewasa perlu diberi waktu refleksi pribadi yang cukup untuk melihat realita hidupnya sendiri. Waktu sharing dalam kelompok, merupakan waktu saling meneguhkan dan menguatkan. Sebab pengalaman riil/nyata yang terjadi lebih banyak berbicara ketimbang kata-kata yang dirangkai dengan kemampuan otak. Adakah yang dapat disyukuri dalam hidup anda?