Sesi II

inti dari sesi ini adalah keberanian melihat dan menghadapi kembali situasi Allah yang kadang terasa jauh dan tidak tersentuh. Pengalaman ini muncul karena keinginan kita dengan kehendak-Nya tidak sejalan. Kita merasa banyak masalah atau persoalan yang bertubi-tubi menimpa. Atau kita ditantang dengan beban dan tuntutan yang makin terasa berat. Semua itu mengubah motivasi yang berorientasi pada kepentingan diri. Sehingga digerakkan oleh kebutuhan psikologis bawah sadar. Refleksi yang mau digali, peristiwa mana yang memperlihatkan kita jatuh dalam kelemahan dan menjadi penghambat perkembangan kita. Makna apa yang dapat ditemukan dari kejatuhan/kedosaan kita?

Bagi anak-anak (SD) : pada sesi ini anak diajak membangun mental diri yang tangguh, sebab mental ini tidak terlihat langsung. Mental diuji dengan sikap-sikap kita pada waktu menghadapi persoalan diri. Kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam usaha meraih cita-cita, menjalin kerjasama dan berteman yang baik. Sikap-sikap yang selama ini sering muncul seperti apa? Ketangguhan mental diri dapat dilatih dengan keterbukaan diri pada sesama yang dapat membantunya. Mendengarkan nasihat orang yang lebih dewasa, berani bercerita kepada orang yang dipercaya, supaya kita dapat dibantu dan tidak tersesat dengan sikap-sikap yang menghambat diri dalam meraih cita-cita. Mendorong anak-anak tidak mudah menyerah apalagi lari dari keadaan. Menyadarkan kembali bahwa Tuhan sangat mencintai mereka lewat orang-orang dewasa di sekitarnya. Tidak ragu-ragu terhadap kemampuan diri, mampu mengedalikan emosi, berpikir positif dan tetap fokus pada cita-cita diri.  Kita boleh lemah, tetapi Tuhan yang sama dengan kita akan menolong dan memberi kekuatan pada kita. Semangat untuk terus mencoba dan mencoba lagi itu cara melatih mental diri menjadi sungguh tangguh. Tangguh dalam kebersamaan yang saling menghargai/menghormati, tangguh dalam menyelesaikan tugas-tugas sebagai siswa di sekolah. Tangguh sebagai anak ketika di rumah.

Bagi remaja (SMP dan SMA): Langkah menemukan diri yang sejati merupakan perjalan panjang yang tidak mudah. Semua itu menjadi tugas perkembangan diri bagi remaja. Hal ini membuat para remaja kadang merasa gagal, salah orientasi diri, kebingungan terhadap diri dan keliru memilih patron selama ini. Permasalahan relasi dengan teman dan orang tua tidak pernah selesai. Keraguan dan kekhawatiran terhadap kemampuan diri dalam menatap masa depan sungguh menggelisahkan. Kemampuan akademik yang dimiliki membuat suram rasanya dalam meraih sukses. Diakui banyak nilai-nilai tidak tuntas sehingga takut kalau nanti gagal. Perkembangan seksualitas diri sebagai laki-laki dan perempuan juga menjadi ketegangan yang harus disikapi dengan tepat. Remaja harus diajak melihat hidupnya secara terbuka dan mengakui diri. Mengakui banyak hal sedang terjadi dalam hidupnya. Maka sarana yang dapat dipakai adalah: mengkalkulasi kekuatan dan kelemahan, melihat kembali peristiwa-peristiwa masa lalu dan menemukan saat terpuruk yang menjadi akar munculnya kelemahan diri. Juga melihat kembali peristiwa-peristiwa (life event graphic) sangat membahagiakan sebagai penyemangat dan bangkitnya daya juang yang tinggi. Langkah menerima dan mengakui masa lalu diri yang buruk itu cara mengangkat diri dan melepaskan beban-beban diri. Ketika berani mengakui dan menerima keadaan diri maka kekuatan Allah akan nampak. Jika selama ini kita mengandalkan kekuatan diri dalam perjuangan kita, Tuhan ingin dan mengetuk hati kita agar Dia diberi ruang yang leluasa. Sebab rahmat besar ada dibalik peristiwa-peristiwa buruk, terluka dan tantangan berat dalam hidup. Hanya dengan langkah menerima dan mengakui maka rahmat Allah bekerja maksimal. Sehingga akan membawa kembali rasa syukur para remaja terhadap hidup apapun yang terjadi pada dirnya. Sehingga mampu menemukan kekuatan diri sebagai manusia untuk berusaha secara maksimal, dan Tuhan yang memberikan rahmatnya yang luar biasa bagi perjuangannya. Tidak ada perjuangan yang sia-sia di mata Tuhan. Sesi ini mau menyadarkan hati peserta; perlunya usaha atau kerja keras dan juga banyak berdoa sebab kita percaya. Selain itu masa lalu yang kita miliki boleh buruk, tetapi kita tetap diajak berubah agar berkembang. Dengan dicintai/dikasihi, seseorang mampu berubah dan memiliki semangat baru untuk berkembang sesuai kemampuan/kekuatan yang dimiliki.

Bagi orang dewasa : Sesi ini mengajak mereka untuk berani melihat dengan jujur hal-hal yang membuat diri menghambat diri untuk bersyukur. Makin lama menggeluti tugas-tugas yang ada menemukan diri yang kehilangan rahmat. Tugas-tugas terasa bertambah berat dan semakin dalam relasi yang terbangun, sifat-sifat dan kebiasaan aslinya mulai tampak. Masing-masing mencari kepentingannya sendiri. Sebagai mahasiswa, studi yang sesungguhnya jika kita telah ditantang untuk kerja bersama dengan sesama mahasiswa yang lain. Mungkin pada waktu awal tampak mudah-mudah saja, setiap pribadi rela dan berkorban untuk meluangkan waktu kerja besama dalam kelompok. Namun selanjutnya setiap pribadi mulai sulit diajak kerja sama, karena mengejar kepentingannya sendiri. Selalu membuat alasan jika diajak kumpul bareng kelompok, pekerjaan tertunda-tunda dan tidak tepat waktu, dll. Sifat aslinya muncul tak terkontrol dan sering menjadi koflik dengan teman. Dengan kondisi peserta seperti itu pembimbing mengajak mereka kembali pada semangat awal masing-masing. Melihat tujuan utama kuliah, seberapa banyak biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tua, apakah waktu-waktu selama ini telah digunakan secara efektif. Adakah kesalahan yang telah aku perbuat sehingga kondisi menjadi seperti ini? Keadaan kita seperti terjerat masuk dalam konflik satu dengan yang lain. Munculnya sifat tidak peduli kepada teman, dll. Sebagai pekerja: sesi ini mengajak peserta untuk melihat rutinitas pekerjaan mereka selama ini. Idealnya semakin lama bekerja disuatu tempat, seseorang mampu menguasai pekerjaannya dengan baik dan terampil. Kerja sama yang terbangun dengan rekan kerja semakin solid. Siap membantu teman-teman baru yang masuk dalam formasi, sehingga banyak orang merasa nyaman berada dalam unit karya tersebut. Pertanyaannya adalah “Apakah anda sudah merasakan situasi di atas, ketika anda berada di unit karya?” Mengapa? Kenyataan secara umum, yang sering terjadi adalah waktu kita berada di tempat kerja, persoalan diri dan urusan keluarga masih terbawa dan memengaruhi pola kerja kita. Jika pola kerja bermasalah maka relasi dengan rekan kerja juga akan terpengaruh. Hubungan dengan teman tidak harmonis lagi. Konflik di tempat kerja yang biasa menjadi pemicunya adalah persoalan pribadi atau urusan keluarga yang tidak selesai dan cara membangun relasi dengan rekan kerja yang buruk. Maka pentinglah menyadari bekerja bersama sabagai tim di unit karya, perlu keterbukaan sehingga satu dengan yang lain.

Sub-sub tema yang mendukung antara lain:

  • Bekerja dengan semangat hati
  • Pelayanan kasih yang membebaskan
  • Pribadi peyanan yang berkorban demi keselamatan
  • Cerdas membangun harmoni kerja
  • Sukses kerja, sukses hidup
  • Membangun persaudaraan dalam pelayanan
  • Dll.